Wednesday 29 September 2021

My Ex-Boss Become My Subordinate

Namaku Ina. Sebagai lulusan jurusan akuntansi, aku tidak kebanyakkan seperti teman-temanku yang bekerja sebagai auditor. Aku malah bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang sekretaris. Aku cukup beruntung memiliki seorang bos pria yang sangat baik kepadaku. Ia tidak pernah membuatku lembur, dan hampir semua kegiatan yang notabene bisa dia kerjakan sendiri, seperti mengambil minum, dia akan melakukannya sendiri. Bahkan seringkali ia malah yang akan mengambilkan minuman buatku, sementara aku sedang mengikir kukuku. 


Tapi tentu aku tidak menyuruhnya. Ia secara inisiatif mengambilkan minuman untukku. Namun lama kelamaan kami semakin dekat, aku bahkan tidak segan lagi memerintahnya untuk mengambil minuman untukku
"Bon ambilin minuman dong, sekalian. "kataku saat melihat bosku sedang berjalan menuju pantry.
Ia aku memanggil bosku dengan panggilan nama. Memang dari awalku bosku itu tidak mau ada jarak atau strata diantara kami. Kami jadi layaknya setara, hanya berbeda pekerjaan, dan tentunya berbeda gaji.
Namun bosku tidaklah pelit. Ia seringkali membelikan aku makan siang, jadi dapat dikatakan gajiku hampir utuh. Ia juga sering membelikanku jajanan, bahkan dia sendiri yang turun ke bawah untuk membelikannya, dan menggunakan uang dia untuk dia kasihkan ke aku.
Dapat dikatakan aku sangat nyaman kerja di sana, dan tentu hanyalah orang gila yang berada di posisiku yang berpikir akan meninggalkan perusahaan dengan bos sebaik itu. Namun masalahnya aku memiliki passion yang berbeda. Passion sebenarnya diriku adalah dancing dan modelling. Sedari SMA dulu aku sudah aktif mengikuti eskul dancing dan cheerleading. Lalu lanjut saat kuliah aku juga sering mengikuti kompetesi dancing dan modelling.
Dapat dikatakan aku memiliki sifat narcissm. Aku sangat suka diperhatikan oleh orang lain. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Beruntungnya aku memilki wajah yang cantik dan tubuh yang bagus juga. Aku juga gemar dengan perawatan kecantikan, dan dapat dikatakan pakaian yang kupakai dari ujung kepala hingga ujung kaki juga bukan barang murahan.
Lebih lanjut lagi selain diperhatikan, aku akan lebih suka lagi bila ada yang memuja-muja diriku. Followerku di instagram sudah mencapai 40 ribu orang. Aku menamakan diriku Princess Ina, dan memang aku menunjukkan persona diriku sebagai princess. Dan sepertinya ada fansku yang menangkap personaku itu dan bahkan membentuk fans club untuk 'memujaku'. Fans club itu bahkan dinamakan Hamba Ina.


DI instagram aku suka sekal memposting foto yang seperti menunjukkan bahwa diriku berderajat lebih tinggi. Aku akan duduk di sofa seperti Ratu misalnya dan menyilangkan kakiku, dan mengambil gambar dari lantai, seakan-akan hamba-hambaku sedang duduk di bawah kakiku. Terkadang bahkan aku akan menunjukan telapak sendalku, atau telapak kakiku sambil duduk seperti itu. Untuk lebih menekankan bertapa tingginya diriku dan mereka hanya di bawah kakiku.
Awalnya kupikir sikap angkuhku itu akan membuatku dibenci, namun di luar dugaan begitu banyak yang suka dengan sikapku yang seperti Princess itu. Bahkan mereka sampai membentuk fans club yang seringkali memposting caption yang meninggikan diriku seperti "Your Highness Princess Ina selamat pagi, kami hamba-hambamu meninggikanmu.
Aku mulai kesulitan untuk membagi waktu antara pekerjaanku sebagai seorang sekretaris dan pekerjaanku di dunia modelling dan dance. Bahkan saat aku sudah semakin terkenal aku semakin kebanjiran side job untuk modelling. Akhirnya kuputuskan setelah 2 tahun bekerja untuk resign dan fokus di dunia modelling.
Saat itu umurku baru menginjak 24 tahun. Dan keputusanku dapat dikatakan tepat. Dengan kecantikanku dan sikap percaya diriku yang tinggi aku bahkan mulai merambah dunia akting, tarik suara you name it. Dan aku pun dapat menjadi terkenal. Saat itu aku sudah berhasil menghasilkan uang yang cukup banyak untuk dapat hedon. Terlebih lagi aku juga mendapatkan jodoh seorang pengusaha kaya. Jadilah aku berhasil mendapatkan hidup layaknya seorang princess benaran. Aku tinggal di komplek perumahan kaya, dan kerjaanku tiap hari adalah hedon dan ke salon untuk mempercantik diri. Aku masih sesaki dancing dan modelling, namun kekayaan suamiku membuat hal itu tidak relevan lagi. Aku juga seringkali berlibur ke luar negeri. Pokoknya saat itu aku hidup mewah, umurku baru 26 tahun pada saat itu.
Suatu hari aku sedang berjalan-jalan setelah meeting bisnis untuk salah satu usahaku. Aku menggunakan sepatu pump hitam Christian Louboutin. Tidak sengaja aku menginjak tanah yang sedikit kotor sehingga membuat sepatuku sedikit kotor. Karena akan ada meeting berikutnya aku pun mencari tukang semir sepatu. Kebtulan aku menemukan seorang tukang semir sepatu. Aku pun menghampirinya.
"Semir sepatuku dong. "Kataku
"sampai bersih ya. Telapaknya juga bersihin"kataku lagi dengan tegas, sambil menunjukkan telapak sepatuku yang kotor di dekat mukannya.
Aku memang terbiasa untuk memperlakukan orang-orang dengan pekerjaan hina seperti ini dengan sedikit kasar. Karena bagaimanpun juga orang-orang seperti ini harus tau strata mereka.
"Baik Nyonya balas pria itu. Ia menggunakan topi sehingga aku kurang bisa melihat tampangnya. Namun sepertinya aku mengenalnya. 
Dia memanggilku dengan sebutan Nyonya. Seperti pria ini setidaknya tahu strata dia yang rendah itu. Aku berencana memberikan uang tips untuknya. 
Saat aku mengajak ngobrol dia ia seperti takut untuk melihat kemataku. Aku pun penasaran dan menaikan mukanya dengan sepatuku
"Coba aku mau liat mukamu. Jangan nunduk terus dung"" Kataku sambil mengangkat mukanya ke atas dengan mengangkat dagunya dengan ujung sepatuku.
Tentu aku tidak mau memegang muka kotornya dengan tanganku.
Terkejutnya aku saat kulihat ternyata dia adalah si Abon, bekas bosku dulu
"Abon kamu toh ya. Kok bisa jadi kerja rendahan gini? "Tanyaku lagi
Terlihat ia seperti malu dan berusaha menunduk lagi. namun aku kembali mengangkat mukanya dengan sepatuku.
Meskipun aku sudah tau ia adalah mantan bosku namun tidak membuatku lantas mau memegang mukanya. Tentu sepatuku yang lebih masih pantas menyentuh mukanya , mengingat stratanya yang saat ini.
"Kamu malu ya sekarang kamu bersihin sepatuku. Rendah banget. Tapi gak apa lah setidaknya halal."Kataku lagi 
Lalu aku menjulurkan telapak sepatuku sampai menyentuh mukanya.
"Bersihin nih telapaknya juga ya Bon. Sampe bersih. Sampe lu bisa ngaca di telapak sepatu gw!"Perintahku lagi 
Terlihat mukanya memerah. Sepertinya dia merasa sangat terhina. Namun aku malah menyukainya.
"Baik Nyonya "Katanya pelan. Sambil mengambil lap dan mulai melap telapak sepatu Louboutinku yang berwarna merah.
Dia terlihat benar-benar berusaha untuk membersihkan telapak sepatuku sebersih mungkin. Sebenarnya biasaya tukang semir sepatu tidak pernah membersihkan telapak sepatu. 
Lalu aku pun melihat telapak sepatuku untuk mencek hasil pekerjaannya. Lalu aku menatap dia dengan tatapan marah. Dan menjulurkan telapak sepatuku sampai menyentuh hidungya.
"Menurut lu ini bersih ha!"bentakku
Ia terlihat ketakukan
"Maaf2 Nyonya aku akan bersihin lagi katanya lagi ketakutan
"Hahaha aku bercanda Bon. Good job kok udah bersih. "kataku lagi 
"O my God Bon roda berputar ya. Dulu lu bos gw sekarang lu pathetic banget."Kataku lagi. 
Sebenarnya aku tau aku sedikit keterlaluan bila berbicara. Namun Abon terlihat tidak keberatan direndahkan seperti itu.
Ia bahkan mengucapkan terimakasih saat aku memberikan uang.
Tentu aku tidak mengucapkan terimakasih sama sekali.
Karena memang strata dia tidak pantas untuk mendapatkan terimakasih dari seorang yang stratanya setinggi aku.
Aku mareasa kasian melihat Abon. Lalu aku kembali duduk dan menyilangkan kaki. Sepatuku begitu dekat dengan hidung si Abon.
"Abon gw kasian sama lu. Lu mau kerja ama gw, jadi kacung tapinya. Soalnya posisi itu aja yang kosong si."Kataku lagi. Sambil menempelkan telapak sepatuku di hidung Abon.


"nanti u gw kasi tinggal di rumah gw and gw bayar 10 juta tiap bulan gimana tertarik?"
Abon tidak berpikir panjang dan langsung menangguk.
"Pasti lu tertarik lah. Gw begitu baik mau kasih gaji 10 juta. Pasti buat u itu uang gede banget ya hahaha. Bagi gw itu uang jajan doang si. "Kataku lagi.
"Ya udah lu kowtow 3 kali ucapin terimakasih!'kataku lagi sambil menendang pelan kepalanya ke lantai.
Abon sangat menurut dan ia langsung membenturkan kepalanya ke lantai 3 kali sambil berkata
"Terimakasih Nyonya Ina"

Menambah penghinaan saat kowtow singkat itu, bahkan aku menaruh kakiku yang bersepatu di atas kepalanya.
Sebenarnya terbesit sedikit di diriku apakah aku terlalu keterlaluan memperlakukannya. Tapi sepertinya ia juga tidak masalah, asalkan diberikan pekerjaan. 
Lagian memang dia sudah menjadi hina dan rendahan jadi pantas direndahkan. Karena memang sudah rendah. 
Tentunya aku masih ingat bertapa baiknya dia dulu saat menjadi bos. Karena aku masih mengingat dia begitu baiknya, maka aku menawarkan pekerjaan baginya, dengan gaji yang fantastis. Terlebih lagi tempat tinggal juga aku berikan. Jadi ia tidak perlu sengsara lagi tinggal di kosan kumuh dia itu.

lalu aku pun memberikan alamat rumahku ke dia. Aku melemparkannnya ke lantai sebuah kartu nama. Abon yang masih dalam keadaan berlutut membungkuk untuk mengambil kartu nama itu. Ia mengambilnya dengan kedua tangannya sementara kepalanya kembali dibungkukan ke lantai sementara ia mengangkat kartu nama itu di atas kepalanya seperti memberi hormat.
Jujur aku kagum dengan bertapa hormat dan tau dirinya sikapnya itu. Meskipun ia dulu adalah atasanku
"Besok jam 6  pagi udah sampe ya. jangan telat!"Kataku tegas
"baik Nyonya. Terimakasih Nyonya."Kata Abon lagi masih dalam keadaan menunduk. Aku tidak tahu entah karena dia sedang menghormat atau malu melihatku dengan keadaan dia yang sepathetic ini.
Aku tidak menyalahkannya. Memang dia terlihat sangat pathetic, bahkan aku mau meludah ke muka dia tiap melihat muka dia yang menjijikan itu. namun tentu itu semua didasarkan oleh cinta. Karena aku sama sekali tidak ada dendam dengannya. Bahkan aku sayang sama dia. atau cenderung kasihan.

Keesokan harinya benar dia datang tepat waktu. bahkan jam stngah 6 sudah tiba dia di depan gerbang rumah. Memang dari dulu saat masih kerja kantoran pun ia terkenal sangat tepat waktu.
Tentu aku tidak langsung menginjinkan ia masuk. Aku biarkan ia menunggu di depan pintu rumah. Aku bahkan menginstrusikan pembantuku TIna untuk menyuruh dia berlutut di depan pintu rumah
Aku sengaja membiarkan dia menunggu dengan berlutut sampai satu jam. Baru jam 7 aku ijinkan ia untuk masuk.
Abon masuk dengan merangkak. Sepertinya dia benar-benar tau strata dan cara bersikap. Bagus pikirku.
"Sini Abon masuk berlutut dekat kakiku."Perintahku
Abon pun menurut dan berlutut di bawah sofa dekat kakiku. Aku menaikan kakiku ke sofa, sementara sandalku berada di lantai.
"Tundukin kepalamu Bon"
Abon pun menurut dan menundukan kepalanya.
kulihat bahwa ia menundukan kepalanya kurang rendah. Aku pun mengambil satu sendalku memakainya di kaki kanannku lalu menginjak kepala Abon dengan kaki bersendalku.
"Lebih rendah lagi Bon. Ampe hidungmu cium sendal Louis Vouitonku" kataku lagi lembut.
" kamu tau harga sandal yang menempel di telapak kakiku, sekarang sedang kamu cium itu?. 300 juta loh. Wangi kan srndal 300 juta " kataku lagi
Abon pun menundukan kepalanya sampai hidungnya menempel di sendalku yang sedikit kotor itu.
Aku merasa aku sedikit keterlaluan memperlakukannya serendah itu. Terlebih mengingat dia bukanlah bos yang kejam dulunya, dan tentu aku tidak ada niatan untuk membalas dendam untuk apapun. Namun aku terlalu menikmati hal ini, rasa superioritas terhadap mantan bos yang sekarang so pathetic dan berada di bawah kakiku. Ada rasa terpuaskan yang sangat kuat, yang membuatku tidak mungkin untuk tidak melakukannya. Setidaknya aku berjanji tidak akan menghukum dia secara fisik. Aku hanya akan merendahkannya serendah mungkin. Dan ini juga untuk kebaikannya supaya ia tahu strata dia .
Tentu saat ia dulu menjadi bos, ia tidak pernah memperlakukanku lebih rendah. Ia merupakan penganut paham bahwa bos dan anak buah setara. Namun tentu aku tidaklah demikian. Bagiku orang yang stratanya rendah harus diperlkaukan rendah, karena memang sepantasnya seperti itu. Abon begitu rendah, begitu hina. Bahkan aku tidak mau mengotori telapak kakiku dengan menginjak kepalanya. Aku harus menggunakan sendal setiap kali mau menginjak kepalanya.
Kepala Abon begitu rendah seperti layaknya tahi / kotoran yang najis jika kau menginjaknya dengan kaki telanjangmu.


"aku sebutin ya beberapa termsnya. Tugas kamu cuma satu melayani aku. Aku mau sampai hal-hal kecil seperti membukakan sepatuku memasangkan sepatuku kamu yang kerjakan semua. Untuk tugas lainnya kamu akan disupervisi oleh embakku. Kamu harus patuh ama dia. Intinya dia itu bos kamu. Aku big boss kamu. Paham?"tanyaku tegas
"Paham Nyonya. "Jawab Abon lembut.
"nanti kamu akan dibayar per bulan. Kamu nanti tidur di bawah tanah. Ada ruangan satu khusus buat kamu. Maaf mungkin rada bau karena deket ama septic tank."kataku lagi sambil tertawa. Tapi kamarnya gak jelek kok. aku yakin lebih kumuhan kos-kosan miskin kamu."lanjutku lagi.



Oh ya lupa kuceritakan bahwa aku sudah cerai dengan suamiku dan mendapatkan harta gono gini yang cukup banyak. Beruntungnya aku belum mempunyai anak. jadi di umurku di 27 tahun ini aku kembali dapat menikmati kebebasan.
Umur Abon sendiri cukup jauh di atasku. Ia berumur 42 tahun. Dengan gap umur cukup tinggi itu tentu rasanya jauh lebih merendahkan bagi Abon diperlakukan sedemikian rupa olehku.
"nanti kamu dapet makan tiga kali sehari. Tapi kamu makannya abis si embak ya soalnya nanti kamu makan makanan sisa dia. Ada pertanyaan?"
 Abon menggeleng
"bagus sekarang kowtow kamu 100 kali buat tanda kamu setuju dan resmi menjadi kacungku." perintahku.
Saat ia kowtow aku pun menaruh kaki bersendalku di atas kepalanya , kemudian menyilangkan kakiku.
Aku begitu senang melihat dia begitu pathetic membenturkan kepalanya berkali kali di lantai sementara aku menginjak kepalanya dengan sendalku. Rasanya hina sekali pasti bagi dia. 
Ini tentu berbanding terbalik saat aku diterima bekerja di tempat dia. Kami hanya berjabat tangan saja. Namun aku ingin dia benar-benar memahami strata sosial dia. Maka bagiku cukup penting ritual penyembahan ini. Bukan berarti aku benci atau gimana, memang sudah sepantasnya ia diperlakukan begitu. 
Setelah selesai kowtow 100 kali kulihat kepalanya sedikit berdarah. 
"good good. Kamu minta Mbakku obat tuh ya kepalamu lecet. Setelah itu balik lagi ke sini. Aku mau kamu pijitin kaki aku. Tapi nanti kamu pake tuh sarung tangan, biar tangan najismu gak bikin kaki suciku kotor"perintahku lagi.
Setiap harinya ada saja cara baruku untuk menghumiliasi dia. Kadang aku menghumiliasi dia di depan teman-teman wanitaku. Aku menjadikan ia keset, dimana seluruh teman wanitaku sebelum datang bisa mengeset sepatu mereka, tentu saja di muka dia. Selain itu tentu ia juga bekerja keras. Seringkali aku memanggilnya hanya untuk memakaikan sendalku
"Abon sini lu. Cepet pakaien sendal gw!"Bentakku kasar. Begiutlah biasanya aku memanggil dia
Seringkali aku juga akan memanggil dia dengan sebutan kacung.
Hukuman fisik yang kulakukan kebanyakan hanya sampai menampar saja. namun aku menamparnya dengan sendalku. Dan kebanyakkan bila ia salah aku hanya menghukum dia untuk berlutut di batu kerikil sementara kusuruh ia kowtow sampai dengan 1000 kali.
Biasanya ia sampai menangis dengan hukuman itu. Dan bila ia sudah mulai tidak kuat aku akan memindahkan dia untuk berlutut di bantal. Aku tidak tega bila melihat dia terllau kesakitan.
Begitulah sehari-hari kehidupannya dia. Seorang boss yang sekarang menjadi seorang kacungku
End




2 comments:

  1. kereeenn,,,seandainya ada di dunia nyata

    ReplyDelete
  2. The casino that gave you a big win over the house - drmcd
    I got to the casino and 충주 출장샵 the room 청주 출장샵 was very nice. 의정부 출장샵 I won the casino and 오산 출장샵 the room was very clean. 태백 출장샵

    ReplyDelete

Kowtow

  Kowtow adalah salah satu bentuk pemujaan khas China, dimana seseorang akan berlutut dan mementokan kepalanya ke lantai berkali-kali. Kowto...